Ilustrasi, sumber foto: © Rtmagazine
ESA POKER - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (22/9/2021) merilis pedoman baru mengenai tingkat aman yang direkomendasikan untuk polusi udara. Dalam pedoman baru, WHO menurunkan tingkat pencemaran udara yang dianggap aman. Panduan baru ini adalah pembaruan pertama dalam 16 tahun.
WHO memperingatkan bahwa kualitas udara sekarang jauh lebih berbahaya daripada yang diperkirakan sebelumnya. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dianggap paling menderita dari dampak polusi udara karena ketergantungan pada bahan bakar fosil dalam perekonomian, mengutip BBC.
Pedoman baru WHO untuk polusi udara
Dalam pedoman barunya, WHO menurunkan batas pedoman tahunan untuk polutan partikulat kecil berukuran 2,5 mikron dari 10 mikrogram per meter kubik menjadi 5 mikrogram. Pemotongan juga diterapkan pada 2,5 mikron selama 24 jam dari 25 mikrogram per meter kubik menjadi 15 mikrogram.
Dr Arun Sharma, direktur Institut Nasional untuk Penelitian Implementasi Penyakit Tidak Menular, Dewan Penelitian Medis India, mengatakan pedoman baru WHO menunjukkan perlunya meningkatkan pengendalian polusi udara. Ia menyadari panduan baru ini akan menjadi tantangan besar, namun harus dilakukan, untuk itu ia meminta seluruh pemangku kepentingan untuk turut andil dalam menanggulangi pencemaran udara.
Pedoman baru WHO menyoroti bahwa dalam beberapa tahun terakhir beberapa penelitian telah menetapkan bahwa peningkatan tingkat polusi di suatu daerah dapat merugikan kesehatan.
Dalam studi tahun 2013 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), melaporkan bahwa polusi udara luar ruangan yang bersifat karsinogenik dikaitkan dengan kanker, terutama kanker paru-paru. Laporan tersebut juga menyoroti hubungan antara polusi udara luar ruangan dan peningkatan kanker saluran kemih.
Dalam panduan baru ini WHO juga memperketat polutan ozon, nitrogen dioksida, sulfur dioksida dan karbon monoksida, yang dapat berbahaya bagi tubuh.
Polusi udara tahunan menyumbang 7 juta kematian
Menurut WHO, polusi udara berkontribusi terhadap kematian 7 juta orang setiap tahun. Pembakaran batu bara, minyak dan gas diperkirakan berkontribusi terhadap kematian dini 8,7 juta orang setiap tahunnya. Polusi juga telah memangkas dua tahun harapan hidup rata-rata populasi global, di India yang kualitas udaranya sangat buruk sehingga bisa memangkasnya hingga enam tahun.
Pada penelitian tahun 2019 menunjukkan kualitas udara yang buruk dapat memicu kerusakan pada setiap organ dalam tubuh, menyebabkan penyakit jantung, paru-paru, diabetes, dan demensia, serta menurunkan kecerdasan. WHO telah menganggapnya sebagai ancaman lingkungan terbesar bagi kesehatan. Saat ini, 90 dari populasi global telah menghirup udara yang melewati batas WHO pada tahun 2005.
Pemimpin WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, meski pedoman WHO tidak mengikat secara hukum, ia meminta pedoman itu dijadikan acuan dalam menanggulangi pencemaran udara. Tedros mengingatkan bahwa udara bersih adalah bagian dari hak asasi manusia.
Aktivis lingkungan Rosamund Adoo-Kissi-Debrah, yang putrinya Ella dianggap sebagai orang pertama yang meninggal karena polusi udara, mengatakan pedoman WHO harus diikuti untuk mendapatkan kualitas udara bersih, meskipun dia mengakui saat ini tidak ada tingkat udara yang aman.
Delhi dianggap kesulitan mengadaptasi pedoman WHO yang baru
https://twitter.com/HindustanTimes/status/1440732368373907465?s=20
Melansir dari Hindustan Times, Anumita Roychowdhury, direktur eksekutif Pusat Sains dan Lingkungan, mengatakan bahwa akan sulit bagi Delhi, ibu kota India, untuk mengikuti rekomendasi WHO yang baru. Delhi masih belum bisa mencapai itu. Daerah ini memiliki kualitas udara yang sangat buruk.
Roychowdhury mengatakan selama pembatasan COVID-19, ketika banyak industri harus berhenti beroperasi, kualitas udara di Delhi meningkat 40-45 persen, mendekati standar India. Roychowdhury meminta rencana aksi yang lebih ketat untuk pengelolaan polusi.
Tidak hanya Delhi banyak kota di dunia tidak dapat memenuhi batas polusi udara WHO. Dilaporkan bahwa setiap satu dari 100 kota terpadat di dunia telah melampaui tingkat polusi yang direkomendasikan WHO untuk polusi partikel kecil pada tahun 2020, menurut analisis dari Greenpeace. Kota-kota yang termasuk adalah New York, Shanghai, Tokyo, Lagos, London, dan Delhi. Delhi telah 17 kali melebihi batas pedoman WHO.
0 Komentar